Experiential Learning, Model Pembelajaran Efektif untuk Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan tahap penting dalam
perkembangan anak. Salah satu pendekatan yang semakin populer dalam PAUD adalah
model pembelajaran experiential learning. Experiential learning,
diperkenalkan oleh David Kolb, adalah proses pembelajaran yang melibatkan
pengalaman langsung, refleksi, penalaran, dan penerapan. Dalam konteks PAUD,
model ini memungkinkan anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas yang
menyenangkan sambil belajar tentang lingkungan mereka, keterampilan sosial, dan
konsep-konsep dasar. Experiential Learning adalah model pembelajaran
yang menekankan pada proses belajar melalui pengalaman langsung. Anak tidak
hanya duduk mendengarkan guru, tetapi aktif terlibat dalam aktivitas yang
memungkinkan mereka untuk menyentuh, merasakan, melakukan, dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
David Kolb menggambarkan Proses pembelajaran experiential learning melibatkan empat tahap, yaitu: 1) Tahap
pengamatan konkret (concrete experience)
yaitu anak terlibat dalam aktivitas yang nyata dan relevan, 2) Tahap observasi
refleksi (reflective observation)
yaitu anak merenungkan dan mendiskusikan pengalaman, 3) Tahap konseptualisasi
atau berpikir abstrak (abstract
conceptualization) yaitu anak mengaitkan pengalaman dengan konsep yang
lebih luas, 4) Tahap eksperimentasi aktif (active
experimentation) yaitu anak menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam
situasi baru.
Dalam experiential learning,
pada tahap pengamatan konkret, anak-anak terlibat aktif dalam proses belajar
dengan langsung berpartisipasi dalam kegiatan seperti eksperimen, bermain, dan
eksplorasi, yang membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai konsep serta mendukung perkembangan keterampilan motorik, kognitif,
dan sosial mereka. Selanjutnya, pada tahap observasi refleksi, anak-anak
didorong untuk merefleksikan apa yang telah mereka lakukan dan pelajari, yang
memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman tersebut. Pada
tahap berpikir abstrak, anak-anak mulai mengenali hubungan dan menggali makna
dari aktivitas yang telah mereka lakukan. Pada tahap eksperimentasi aktif,
anak-anak diberikan kesempatan untuk menguji pemahaman yang telah mereka
peroleh melalui pengalaman langsung. Mereka dapat mencoba untuk melakukan
kegiatan atau mengeksplorasi hal-hal baru berdasarkan pengetahuan yang telah
mereka bangun.
Dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar melalui praktik
dan pengalaman langsung, pendidik dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
dinamis dan penuh rangsangan, yang merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas.
Melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran, anak-anak tidak hanya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mengasah kemampuan
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. Keterampilan anak untuk berpikir
kritis dan kreatif inilah yang penting dan sangat dibutuhkan pada abad ke-21,
yang mana pembelajaran yang menanamkan pada anak untuk menyelesaikan sebuah
masalah sehingga kedepannya anak akan terbiasa mencari solusi segala
permasalahan di masa depannya.